Kesenangan adalah kesedihan yang terbuka kedoknya
Tawa dan airmata datang dari sumber yang sama
Semakin dalam kesedihan menggoreskan luka ke dalam jiwa
semakin mampu sang jiwa menampung kebahagiaan
(KAHLIL GIBRAN)
Kalau boleh memilih, ada banyak sekali manusia yang hanya mau kebahagiaan,
dan membuang kesedihan. Sayangnya, sebagaimana alam yang mengenal siklus,
kehidupan manusia pun mengenal siklus. Kesedihan dan kebahagiaan adalah
salah satu dari banyak siklus yang harus kita lalui.
Tidak ada kehidupan yang tidak diwarnai oleh kesedihan. Diundang maupun
tidak, ia akan senantiasa datang. Banyak kejadian bahkan terbukti, semakin
ia dibenci dan ditakuti, semakin ia senang dan rajin berkunjung ke diri
kita. Maka, sengsaralah hidup mereka yang membenci kesedihan.
Bercermin dari goresan Kahlil Gibran di atas, kesedihan dan kegembiraan
adalah dua saudara kembar yang melakukan kegiatannya secara bergantian.
Keserakahan, atau sebaliknya kekhusukan doa manusia mana pun tidak akan
bisa membuat dua saudara kembar ini berpisah. Ia seperti dua sayap dari
seekor burung. Dibuangnya salah satu sayap, adalah awal dari celakanya
"burung" kehidupan.
Kahlil Gibran sampai pada pemahaman yang lebih dalam. Tanpa kesedihan, jiwa
manapun tidak akan memiliki daya tampung yang besar terhadap kebahagiaan.
Ketika kita bercengkrama dengan kebahagiaan di ruang tamu, kesedihan sedang
menunggu di pembaringan.
Persoalannya adalah, punyakah kita cukup keberanian dan kesabaran untuk
berpelukan mesra dengan kesedihan? Nah, inilah sebuah kualitas pribadi yang
dimiliki oleh sangat sedikit orang. Untuk menerima kebahagiaan, kita tidak
memerlukan terlalu banyak kedewasaan. Akan tetapi, untuk berpelukan mesra
dengan kesedihan, diperlukan kearifan dan kedewasaan yang mengagumkan
Waktu Saat Ini
tok...tok...tok.....
selamat datang,,,,
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Wah, apik tenan tulisanmu Hes..!
Slmt2!
Posting Komentar